Perlen des Glaubens

oleh: Pendeta Ellen Arnold-Lombogia


Schematische Darstellung der Perlen des Glaubens:

1. Gottesperle
2. Perlen der Stille
3. Ich-Perle
4. Taufperle

Perle der Stille
5. Wüstenperle

Perle der Stille
6. Perle der Gelassenheit

Perle der Stille
7. 2 Perlen der Liebe
8. 3 Geheimnisperlen
9. Perle der Nacht

Perle der Stille
10. Perle der Auferstehung

Perle der Stille

 

à Gambar berwarna lihat halaman belakang


Zusammenfasung

Disebut Perle des Glaubens karena ini merupakan satu ikatan/Perlenband (gelang) yang ditemukan oleh Martin Lönnebo tahun 1996, seorang Bischof dari Gereja Ev. Luth di Swedia. Ada 18 Perle yang terikat satu sama lain. Kita lihat ada beberapa bentuk, warna, ukuran yang berbeda dan masing-masing  mempunyai arti yang berbeda. Perle ini diartikan sebagai lambang kehidupan Yesus yang mempunyai arti bagi kehidupan kita. Perle ini digunakan untuk berdoa.

1. Die Gottesperle

Dikatakan Gottesperle karena Perle ini menghubungkan Awal dan Akhir yang terikat satu dengan yang lainnya. Jadi Gottesperle ini sebenarnya menunjukkan Awal dan Akhir tujuan hidup dari kehidupan manusia.

Jadi ketika kita mengambil Gottesperle ini ditangan kita, kita akan merenungkan bahwa Gottesperle adalah tujuan awal dan akhir kehidupan kita. Dari sini kita akan berdoa….bagaimana hubungan kita dengan Allah…akankah kita benar-benar menyerahkan hidup kita kepadaNya…apa yang sangat berarti dalam hidup kita…Was ist das Wertvollste in meinem Leben? Wie ist Gott für mich? Kann ich auf Gott vertrauen?

 2. Die Perlen der Stille

 

Ada 6 Perle der StillePerle ini mengajak kita untuk merenung, berdiam, Aufatmen, Loslasen. Itu berarti saya membuka diri saya dihadapan Tuhan…Mengajak kita dari kesibukan atau stress kita untuk menenangkan diri, merenung, lebih membuka diri kepada Tuhan.

3. Die Ich-Perle

Terkait dengan Ich-Perle, kita merenung bagaimana pribadi kita selama ini…bagaimana tindakan yang selama ini kita lakukan. Apakah kita punya  rasa percaya diri atau kadang kala kita membuat sesuatu yang tidak patut kita lakukan.. Siapakah sebenarnya saya ini dan apa peranan saya selama ini dalam Alltag. Ich Perle sangat dekat dengan Gottesperle. Itu artinya ketika kita menanyakan pribadi kita, kita terkait dengan Gottesperle, kita menerima jawaban kita bahwa kita ini dimata Tuhan sangat berharga, kita ini besonders, kita ini anak-anak yang dikasihi Allah…Geliebtes Kind Gottes. Karena itu kita diajak untuk melihat kedalam diri kita masing-masing, behandle/bertindak kehidupan kita dengan respek, dan hidup dalam tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita.

 4. Die Tauf-Perle

 

            Tauf-Perle mengingatkan kita pada Taufe/baptisan bahwa kita dibaptis dalam namaNya melalui air dan dengan tanda salib. Karena itu kehidupan kita adalah merupakan Geschenk/hadiah dari Allah..Die Tauf-Perle mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi kita, Allah mengatakan Ya kepada kita dan melaluiNya kita menerima Segen/Berkat. Melalui baptisan kita merasakan berkat Allah bahwa kita merasakan, kita ini disertai Allah….dalam doa ini kita merenung…darimana kehidupan kita itu.. Apa artinya baptisan bagi kita….

5. Die Wüsten-Perle

Wüsten-Perle artinya padang gurun, sepertinya kita berada di padang gurun. Padang gurun  adalah simbol dari  kekeringan, kesendirian, kesepian. Dalamnya kita diingatkan untuk kämpfen/berjuang untuk hidup…Wüste adalah satu tempat dimana kita harus menentukan suatu keputusan, sebagaimana  cerita Jesus dalam Alkitab, ketika Dia berada di padang gurun. Disana Yesus diuji untuk memutuskan sesuatu. Karena itu Wüsten-Perle sebenarnya mennujukkan sekalipun dalam situasi yang berat,  orang mampu menunjukkan kematangannya dan mampu memutuskan sesuatu yang penting atas hidupnya dan imannya. Dalam Doa, kita bisa menyampaikan. Mampukah untuk kita bertahan ketika kita menghadapi percobaan….disaat mana kita merasakan sepertinya kita berada dalam pergumulan, sepertinya kita berada di Wüste…Apa yang kita perlu dalam kehidupan kita untuk berjuang menghadapi Pergumulan tersebut?

6. Die Perle der Gelassenheit

Gelassenheit berarti ketenangan/dapat menahan diri. Perle ini berwarna biru, mengingatkan akan warna dari Himmel/langit, laut atau juga horison..Perle der Gelassenheit bertanya tentang mengapa kita ini kuatir. Ditengah-tengah kekuatiran ini kita diajak untuk berusaha dan menyikapi segala sesuatu dengan tenang…Bagaimana dengan pergumulan yang ada, saya berusaha untuk hidup tenang…

7. Die Perlen der Liebe

Untuk Perlen der Liebe ada 2 Perlen berwarna merah, dan ini menunjukkan: kamu dan saya. Sama halnya dalam tema kasih…gehören– terhubung selalu dengan 2 orang. Yang satu schenkt der Liebe/mempersembahkan kasih itu dan yang lain  empfängt/menerima kasih itu.

Warna merah mengartikan api dan Geist/roh, Leidenschaft/gairah tapi juga Leiden/penderitaan. Dan semua itu hadir dalam tema Liebe. Kasih/Liebe adalah tema yang besar dan penting tapi  juga tema ini dapat membuat orang terluka. Liebe tersangkut dengan perasaan, tapi juga penderitaan karena terhubung dengan tema Trennung/perpisahan.

Jadi dalam doa kita bertanya, apa artinya Liebe buat saya? Siapakah yang saya cintai? Dalam pandangan kristen Liebe/cinta kasih tertuju pada kasih Allah, karena kasih Allah adalah mendasari kasih diantara manusia, memampukan kita untuk mencintai dan menunjukkan kasih yang sesungguhnya. “Gott ist die Liebe, und wer in der Liebe bleibt, der bleibt in Gott und Gott in ihm.

 

8. Die 3 Geheimnis-Perlen

Drei Geheimnis-Perlen menunjukkan bahwa setiap manusia punya Geheimnisse/rahasia, yang mungkin rahasia ini tidak kita katakan pada orang lain, misalnya Träume/mimpi/harapan, Ängste/ketakutan. Disini kita merenung dan bertanya apa itu tiga rahasia yang ada pada kita.. Kita katakan pada Allah rahasia kita…kita terbuka pada Allah rahasia yang tersembunyi yang tidak harus kita katakan pada orang lain…

Allah menerima kita dan mendengar Geheimnisse kita…KepadaNya kita boleh terbuka, lewat tutur kata kita, lewat doa-doa kita…kita boleh juga mengingat dalam doa orang-orang lain yang kita kasihi, mungkin kita kuatir dengan kehidupannya. Semuanya kita boleh terbuka lewat doa-doa kita kepada Allah.

 

9. Die Perle der Nacht

Die schwarze Perle der Nacht mengartikan akan Geheimnis-Perlen dalam kalung tersebut. Dunkelheit/kegelapan und Schatten/bayangan terhubung dengan warna hitam atau dengan kata Nacht atau malam, atau juga kata Kematian/Sterben. Itu berarti Perle ini mengingatkan kita akan eigene Ängste/ketakutan, Frage/pertanyaan. Sekalian juga kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi didunia ini, mengapa orang yang kita kasihi meninggal dunia.. Mengapa terjadi peperangan…kecelakaan…Gempa bumi, dll.

Disini kita membuka kepada Allah ketakutan kita, kepedihan kita misalnya tentang saudara-saudara yang kita kasihi lebih dahulu meninggal dunia, tentang hal-hal yang tidak diterima dengan akal manusia, tentang pergumulan ini kita kepada Allah.

Allah mendengar keluhan, ketakutan, penderitaan kita, bahkan Ia sendiri harus melewati Leiden/penderitaan lewat kematian di kayu salib. Kita hanya punya satu keyakinan bahwa lewat iman pada Yesus Kristus kita mengalahkan ketakutan terhadap kematian, karena itu salib adalah simbol bagi orang percaya. Siapa yang memegang Perle der Nacht, dia akan teringat bahwa Allah tidak akan meninggalkannya sedetikpun sendirian ketika dia menghadapi situasi yang sulit.

10. Die Perle der Auferstehung

Die Perle der Auferstehung mengartikan adanya suatu pengharapan besar dari kematian. Pengharapan besar atas keraguan. Kematian bukanlah yang terakhir tetapi kehidupan baru adalah yang terbesar dan suatu kemenangan. Kekuatan dari kehidupan baru lebih kuat daripada kematian..Die Perle der Auferstehung memberikan simbol tentang pengharapan/ die Hoffnung yang membuat kita menjadi lebendig untuk mendapat bagian dalam kehidupan baru bersama Dia. Karena itu dengan Perle ini kita berdoa dan bertanya tentang ….apa sebenarnya yang kita harapkan….Dari mana kita mendapatkan kekuatan? Percayakanh kita sungguh-sungguh pada Auferstehung/kebangkitan ?

Sumber: http://www.perlen-des-glaubens.de

Übersetzung und Zusammenfassung von Pdt. Christianne Arnold-Lombogia

Leave a comment.

Your email address will not be published. Required fields are marked *.