Pada hari Jumat,29 Maret 2013 seperti orang percaya lainnya di muka bumi ini, Jemaat PERKI Hamburg pun turut mengadakan Ibadah Jumat Agung.
Perayaan Jumaat Agung di Mission Akademie adalah kali kedua bagi Jemaat
PERKI Hamburg, setelah sebelumnya 2 tahun yang lalu, di tempat yang sama PERKI Hamburg pun melaksanakan seremoni jalan salib. Seperti pada tahun 2011 , Pemuda Remaja mengambil andil dalam ‘drama’ Jalan Salib ini. Tidak hanya para Muda-mudi yang mengambil bagian, jemaat lainnya baik bapak-bapak , ibu-ibu maupun anak-anak pun turut mempunyai andil dalam mensukseskan kegiatan ini. Terdengar riuh jemaat meneriakan ‘Salibkan dia’ sepanjang jalan salib tersebut.
Langit gelap seakan mendukung khusyuknya perayaan jalan salib ini.
Walaupun pemeran Tuhan Yesus di ganti pada detik-detik sebelum “kick-off” dan tanpa latihan dan persiapan yang matang, namun pianis PERKI Hamburg kita bisa memerankannya dengan baik.
Jalan Salib versi PERKI Hamburg mungkin tidak seperti di Filipina atau negara lainnya, namun Jalan Salib tersebut sudah cukup bagi kita untuk mengenang dan merasakan betapa beratnya penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib , yang semata-mata IA lakukan hanya untuk menebus dosa kita semua, umatnya yang berdosa. Pada Jalan Salib ini pun ingin di tekankan bahwa Penutupan Gereja-gereja juga bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan pergumulan-pergumulan, yang meski terjadi pada abad 21 namun harus kita semua yakini, bahwa Tuhan Yesus telah menebus dan memenangkan itu di kayu salib.
Ibadah Jumat Agung di adakan langsung setelah jalan Salib di Kapelle Mission Akademie.
Masih dengan suasana Jumat Agung yang khusyuk dan tenang, khotbah dalam bentuk narasi(cerita) tentang Kronologis penderitaan Anak Allah di kayu salib dibacakan secara bergantian oleh (Bapak Pendeta, Helena)
– Foto: Dini Sutanto
Dalam ibadah ini pun Jemaat mendengar kesaksian Ibu Jeane Siregar-Tumbel dalam sebuah lagu yang beliau nyanyikan di iringi dengan lantunan gitar yang beliau mainkan sendiri.
Banyak yang mengatakan bahwa ‘ingat PERKI Hamburg ingat makan-makan’, slogan ini tercipta bukan sembarangan, mengingat kepiawaian para Ibu-ibu PERKI Hamburg memasak, rasanya slogan ini bukan hanya isapan jempol semata. Setelah Ibadah Jumat Agung, Jemaat juga para tamu disuguhkan makanan kecil yang telah disiapkan oleh Ibu-ibu kita.
Walaupun hanya makanan kecil yang tersedia namun semua yang hadir tetap mendapatkan bersuka-cita karna rasanya yang enak.
Tentu saja, suka cita yang dirasakan Jemaat bukan hanya disebabkan oleh nikmatnya makanan yang tersedia, namun karena Jalan Salib dan Ibadah Jumat agung tersebut, Jemaat dapat menghayati lebih dalam lagi perihal Kematian Tuhan Yesus.
Rasa Syukur yang teramat besar pun dirasakan jemaat, karena Jemaat masih bisa dengan tenang dan khusyuk memuji dan menyembah Tuhan, sedangkan masih banyak anak-anak Tuhan lainnya yang di usik bahkan di usir jika beribadah, mirisnya hal ini terjadi di Ibu Pertiwi, Indonesia.
Meskipun demikian, kita patut imani bahwa Tuhan Yesus pasti dapat memenangkan setiap perkara. “Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Oleh Stephanie Pangemanan