Pendeta Andar Pasaribu

                                                                                                        Andar Gomos Mangaranap Parlindungan Pasaribu, nama yang cukup panjang sehingga dalam paspor telah diperpendek oleh pembuat paspor (entah kenapa), kendati surat-surat lengkap dengan nama lengkap. Pendeta yang dilahirkan di Jakarta 1 Juni 1976 menjalani masa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Jakarta. Studi teologi dijalani di Sekolah Tinggi Teologi HKBP (STT-HKBP) di Pematangsiantar, Sumatera Utara di tahun 1994-1999 dan meraih gelar Sarjana Teologi pada tahun 1999.
Masa Vikar di tahun 1999-2002 dijalani di Kantor Pusat HKBP Pearaja-Tarutung sebagai Sekretaris Ephorus HKBP Pdt. Dr. Jubil Raplan Hutauruk. Perlu diketahui Pendeta Raplan Hutauruk (panggilan kesayangan para orang kristen di Hamburg waktu itu – catatan red – ) adalah alumni Universitas Hamburg. Masa vikar ini menjadi masa yang penuh pergumulan karena gereja HKBP baru saja mengalami konflik besar dan panjang di tahun 1993 – 1998
Pada tahun 2002, Bapak Andar Gomos Mangaranap Parlindungan Pasaribu ditahbiskan menjadi Pendeta di HKBP Palembang, Sumatera Selatan. Keinginan untuk segera menjadi pendeta Jemaat, tidak dikabulkan oleh Pendeta Dr. Jubil Raplan Hutauruk, ketika beliau terpilih menjadi Ephorus HKBP dari kedua pihak yang saat itu bertikai. Ephorus Hutauruk menginginkan lain yaitu agar Pendeta Andar Pasaribu terus mendampingi beliau sebagai sekretaris. Pelayanan sebagai sekretaris dijalani hingga berakhir masa jabatan Ephorus Hutauruk di tahun 2004.
Banyak suka dan duka yang dialami selama pelayanan sebagai pembantu Ephorus.
Usai mengakhiri pelayanan di Pearaja Tarutung, Pendeta muda ini diutus menjalani studi Master Teologi di Seminari Lutheran, St. Paul, Minnesota, Amerika Serikat di tahun 2004-2006 atas beasiswa dari gereja-gereja Lutheran di Amerika. Pada tahun 2006 Pak Andar mengakhiri masa studi dengan thesis bertema: Konflik Muslim-Kristen di Ambon, Maluku. Sukacita besar mengakhiri studi dan mengakhiri masa lajang juga dirasakan ketika menikah dengan Reyni Lasmida Panjaitan pada bulan Agustus 2006. Usai mengakhiri studi, akhirnya keinginan untuk menjadi Pendeta Jemaat terkabul dengan penugasan menjadi pendeta jemaat di HKBP Sidoarjo, Jawa Timur di tahun 2006-2008. Tantangan besar yang dihadapi di jemaat ini ketika sebahagian warga terkena bencana lumpur panas. Mereka kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan pendidikan untuk anak-anak. Sebahagian warga harus tinggal di kamp pengungsian yang tentu tidak sehat bagi mereka. Pergumulan berikutnya adalah jemaat ini tidak diijinkan mendirikan rumah ibadah walaupun mereka telah memiliki tanah. Pendirian gereja ditentang oleh massa islam fanatik. Namun tentu banyak sukacita yang dirasakan keluarga muda Pasaribu-Panjaitan di jemaat ini termasuk kelahiran anak terkasih Ramon Amadeus Rade Hottua Pasaribu. (semoga ketambahan anggota berikut dirasakan langsung Jemaat PERKI Hamburg – tentu lahir di Hamburg / catatan redaksi)
Kabar gembira berikut diterima Pendeta Andar Pasaribu pada tahun 2007 ketika sebuah lembaga gereja Jerman bersedia memberikan beasiswa untuk studi Doktor Teologi di Universitas Hamburg, Jerman. Lembaga tersebut adalah Evangelischer Entwicklungsdienst (EED). Sukacita ini dibarengi dengan perasaan berat karena harus meninggalkan jemaat Sidoarjo yang baru saja dilayani. „Namun kami percaya setiap penugasan kami adalah panggilan Tuhan yang harus kami jalani“, tukas Pendeta yang tak suka dikatakan „pendeta pemberani“ . Tema disertasi yang sedang ditulis: „Makna kota Kudus Yerusalem bagi umat Islam“.
„Sungguh sebuah sukacita juga karena saya juga boleh melayani di Perki KKI e.V. Hamburg dan PERKI Hamburg. Ini tentu menjadi pengalaman yang sangat berharga melayani jemaat Indonesia di luar negeri“, satu pernyataan mengharukan dari Pendeta Andar Gomos Mangaranap Parlindungan Pasaribu M.Th. „Inilah sekelumit pengalaman yang bisa saya katakan“.
Firman Tuhan yang selalu memotivasi pelayanan kami tertulis di Injil Lukas 17 ayat 10:„Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan“.

Leave a comment.

Your email address will not be published. Required fields are marked *.